BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati
(biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan
variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan
beragam. Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman hewan, tumbuhan,
protista, dan fungi. Indonesia sendiri memiliki banyak jenis hewan maupun
tumbuhan, baik yang sudah diketahui maupun belum. Salah satu tumbuhan yang
banyak di Indonesia atau hampir di setiap daerah ada yaitu buah jeruk.
Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak digemari dan dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, segar dan sangat bermanfaat
bagi kesehatan. Jeruk biasanya dikonsumsi dalam bentuk jus, bahan pelengkap
sambal, atau pun diambil airnya untuk obat. Pada kehidupan sehari-hari, buah
jeruk umumnya hanya dimanfaatkan bagian daging buahnya saja, sedangkan kulit
buahnya dibuang. Kulit buah ini nantinya akan menumpuk menjadi sampah. Sehingga
diperlukan pengolahan khusus dalam mengolah sampah limbah kulit jeruk ini,
salah satunya dengan mengolah kulit jeruk menjadi minyak atsiri.
Indonesia menghasilkan 40–50
jenis tanaman penghasil minyak atsiri dari 80 jenis minyak atsiri yang
diperdagangkan di dunia dan baru sebagian dari jenis minyak atsiri tersebut
yang memasuki pasar dunia, diantaranya nilam, sereh wangi, gaharu, cengkeh,
melati, kenanga, kayu putih, cendana, dan akar wangi. Meskipun Indonesia
merupakan salah satu pemasok minyak atsiri dunia, tetapi kenyataannya ada
sejumlah minyak atsiri yang juga diimpor. Padahal minyak atsiri yang diimpor
tersebut dapat diproduksi oleh Indonesia sebagai contoh, bergamot, orange,
lemon, lime, citrus, geranium, jasmine, lavender, peppermint, cornmint, dan
vetiver. Berdasarkan pemaparan diatas maka makalah ini akan membahas apa yang
dimaksud minyak atsiri kulit jeruk, kandungannya, teknik pengolahannya dan
lainnya yang dianggap perlu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yakni:
1.
Apakah yang dimaksud dengan
minyak atsiri?
2.
Apa saja komponen senyawa dari
minyak atsiri kulit buah jeruk?
3.
Bagaimanakah teknik pengolahan minyak atsiri dari kulit buah jeruk?
4.
Apa
saja manfaat minyak atsiri dari kulit buah jeruk?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan yakni:
1.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan minyak atsiri
2.
Untuk mengetahui komponen senyawa
dari minyak atsiri kulit buah jeruk
3.
Untuk mengetahui teknik pengolahan minyak atsiri dari kulit buah jeruk
4.
Untuk
mengetahui apa saja manfaat minyak atsiri dari kulit buah jeruk
BAB II
PEMBAHASAN
A. Minyak Atsiri
Minyak
atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil) adalah
senyawa yang mudah menguap yang tidak larut di dalam air dan merupakan ekstrak
alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian,
ataupun kulit buah (Adityo dkk., 2008). Para ahli biologi menganggap
minyak atsiri sebagai metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri
agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam
mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan
yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak
atsiri.
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian
tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau
rhizome. Berbagai macam tanaman yang dibudidayakan atau tumbuh dengan
sendirinya di berbagai daerah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan maupun potensial untuk
dikembangkan. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah
digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersil.
B. Buah Jeruk
Jeruk
adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga
Citrus dari suku
Rutaceae
(suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon
dengan buah
yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara
anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat
yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya. Asal jeruk adalah dari Asia Timur
dan Asia Tenggara, membentuk sebuah
busur yang membentang dari Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke
barat ke arah India bagian timur. Jeruk manis
dan sitrun
(lemon) berasal dari Asia
Timur, sedangkan jeruk bali,
jeruk nipis
dan jeruk
purut berasal dari Asia Tenggara.
Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan,
wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C
dan wewangian/parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah.
Klasifikasi
Tingkat Taksonomi:
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Upakelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Upafamili:
|
|
Bangsa:
|
|
Genus:
|
Spesies: Citrus aurantifolia – Jeruk nipis, Citrus maxima
– Jeruk bali, Citrus medica – Jeruk sukade, Citrus reticulata
– Jeruk keprok; (Hibrida budidaya): Citrus × aurantium
– Bitter Orange, Citrus × hystrix – Jeruk purut, Citrus × latifolia
– Persian Lime, Citrus × limon
– Jeruk sitrun/lemon, Citrus × limonia
– Rangpur, Citrus × paradisi
– Grapefruit, Citrus × sinensis – Jeruk manis.
Salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia adalah
minyak kulit jeruk (citrus pell oil).
Mengingat jeruk merupakan salah satu buah-buahan tropis andalan yang
dihasilkan oleh negara Indonesia, hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami
jeruk dan yang terbaik adalah apabila ditanam di dalam tanah dengan ketinggian
400 meter di atas permukaan laut. Buah jeruk tersusun dari komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Flavedo
Flavedo merupakan bagian yang memberikan warna pada kulit jeruk. Didalam flavedo
terkandung karoten yang memberi
sifat warna kuning pada buah jeruk. Sekitar 60% karoten yang terdapat pada buah jeruk terdapat pada
bagian ini. Di bagian ini juga terdapat gland yang mengandung minyak kulit jeruk.
2. Albedo
Albedo terletak di
bawah flavedo. Albedo biasanya mempunyai lapisan yang
tebal, putih dan seperti spon. Albedo terdiri atas sel-sel parenkim yang
kaya akan substansi pektin dan hemiselulosa. Kombinasi antara albedo dan flavedo
disebut pericarp yang sering dikenal sebagai kulit.
3. Endocarp
Endocarp merupakan bagian buah yang dapat
dimakan, di mana pada endocarp ini terdapat
sejumlah segmen di dalamnya.Umumnya buah jeruk mempunyai 9-13 segmen. Di bagian
dalam tiap-tiap segmen terdapat kantung sari buah (juice sacs) yang mempunyai
membran relatif kuat dan mempunyai dinding sel tipis.
C. Komponen Senyawa Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Komponen senyawa kimiawi dalam minyak atsiri secara umum dapat dibagi
dalam tiga golongan yaitu:
1. Hydrocarbon
Senyawa yang termasuk dalam golongan
ini terbentuk dari unsur hidrogen(H) dan karbon(C)
2. Oxygenated Hydrocarbon
Senyawa yang termasuk dalam golongan
ini terbentuk dari unsur hidrogen(H), karbon(C), dan oksigen(O)
3. Komponen-komponen lainnya
Senyawa lainnya seperti asam, lacones ,senyawa belerang dan nitrogen
Jenis minyak atsiri jeruk dibedakan berdasarkan
varietasnya karena kulit jeruk yang tersedia cukup banyak yaitu kulit jeruk
manis, jeruk besar, jeruk siam, jeruk siam madu, jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk
keprok. Semua kulit jeruk dapat diambil atau diekstrak minyak atsirinya (Mizu,
2008). Kulit jeruk mengandung minyak atsiri yang terdiri dari berbagai golongan
senyawa seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan
sterol. Kulit jeruk memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda, bergantung
varietas, sehingga aromanya pun berbeda. Namun, senyawa yang dominan adalah
limonene (C10H16). Kandungan limonene bervariasi untuk
tiap varietas jeruk, berkisar antara 70-92% (Mizu, 2008).
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonene 94%,
myrcene 2%, linalol 0,5%, oktanal 0,5%, dekanal 0,4%,
sitronelal 0,1%, neral 0,1%, geranial 0,1%, valensen
0,05%, β-sinensial 0,02%, dan α-sinensial 0,01%
(Tarwiyah, 2001).
Limonene merupakan sebuah hidrokarbon yang
diklasifikasikan sebagai siklus terpene. Limonene adalah cairan berwarna pada
suhu kamar dengan bau yang sangat kuat dari jeruk. Dinamakan limonene karena
diambil nama dari lemon sebagai kulit dari jeruk, seperti berbagai jenis buah
jeruk, mengandung banyak sekali senyawa kimia ini (limonene). Rumus struktur
dari limonene dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rumus Struktur Limonene
Nama IUPAC dari limonene adalah
1-metil-4-prop-1-en-2-il-cyclohexene, nama lainnya 4-isopropenyl-1-methyl
cyclohexene, racemic: DL-limonene; dipentene. Rumus molekul limonene
adalah C10H16, mempunyai massa molar 136,24 g/mol, Berat
jenis 0,8411 g/cm3, Putaran optik 87o-102°, titik lebur -74,35°C, dan titik didih 176°C.
Limonene, umumnya digunakan pada produk kosmetik dan ditambahkan pada produk
pembersih (sabun) yang memberikan wangi jeruk. Selain itu juga dianggap sebagai
biofuel karena mudah terbakar.
Limonene relatif stabil terpena yang
dapat disuling tanpa dekomposisi, meskipun pada temperatur tinggi itu dapat
retak untuk membuat isoprena. Isoprena dapat mengoksidasi dengan mudah di udara
lembab untuk menghasilkan carveol, carvone, dan limonene oksida. Dan
dengan belerang, ia akan mengalami dehidrogenasi untuk p - chymene.
Limonene terbentuk dari pirofosfat geranyl, melalui
siklisasi dari neryl karbokation atau setara seperti yang ditunjukkan. Langkah
terakhir melibatkan hilangnya proton dari kation untuk membentuk alkena.
Dosis tinggi limonene telah terbukti
dapat menyebabkan kanker ginjal pada tikus jantan. Limonen dianggap oleh
beberapa peneliti untuk menjadi potensi chemoprepentive agen dengan nilai
sebagai alat anti kanker pada manusia. Limonen dianggap memiliki zat yang dapat
membuat iritasi kulit dan pernapasan. Namun penelitian terhadap pasien
menyajikan dermatitis yang menunjukkan bahwa 3% adalah peka terhadap limonene.
D. Teknik Pengolahan Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Adanya
kandungan minyak atsiri dalam kulit jeruk memungkinkan untuk meningkatkan nilai
ekonomis limbah kulit jeruk. Proses yang dilakukan untuk memperoleh minyak
kulit jeruk terdiri dari 2 tahap yaitu perlakuan pendahuluandan pemisahan
minyak kulit jeruk, adapun tahapannya sebagai berikut:
1.
Perlakuan pendahuluan dilakukan
dengan pengecilan ukuran (size reduction), dan pengeringan kulit jeruk.
Untuk proses pengeringan sebaiknya dilakukan
pada suhu rendah dengan menggunakan udara kering sebagai medium pengering
supaya komposisi, dan aroma minyak kulit jeruk tidak berubah karena
teroksidasi oleh udara.
2.
Proses pemisahan minyak kulit
jeruk dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu distilasi, pengepresan,
dan leaching.
a)
Distilasi
Ada 3 tipe metode distilasi yaitu
water distillation, water and steam distillation, dan direct steam
distillation.
1)
Water distillation
Pada metode water distillation bahan
secara langsung dikontakkan
dengan air mendidih.
2)
Water and steam distillation
Pada metode water and steam
distillation bahan diletakkan diatas grid dan di bawah grid terdapat air yang dipanaskan, sehingga menghasilkan saturated steam
yang akan berkontak dengan bahan tersebut.
3)
Direct steam distillation
Pada metode
direct steam distillation, bahan diletakkan di atas grid dan kemudian
dari bawah grid langsung dialirkan saturated steam atau superheated steam.
Metode water distillation digunakan karena minyak atsiri umumnya akan
terdekomposisi pada suhu tinggi. Penambahan air atau uap air dapat menurunkan
titik didih, sehingga minyak atrisi menguap pada suhu lebih rendah
daripada titik didihnya pada tekanan atmosfer. Metode ini seringkali digunakan
untuk memisahkan komponen dengan titik didih tinggi dar isejumlah pengotor yang
non volatile.
b)
Pengepresan
Pengambilan
minyak atsiri secara mekanis dilakukan
dengan metode pengepresan. Biasanya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah,
dan kulit dari tanaman jeruk. Cara ini hanya dilakukan apabila kandungan minyak
atsiri dalam bahan cukup banyak yaitu berkisar 30-70%,
sehingga dapat dilihat tetes-tetes minyaknya dengan mata telanjang atau dapat
ditekan dengan tangan. Dua metode umum dalam pengepresan mekanis, yaitu:
1)
Hydraulic pressing (pengepresan
hidrolik),di mana bahan dipres dengan tekanan sekitar 2.000 lb/inch2
tanpa menggunakan media pemanas, sehingga metode ini sering juga disebut cold
pressing.
2)
Expeller pressing (pengepresan
berulir), dimana untuk mengambil minyak atau lemak perlu dilakukan
proses pemanasan atau tempering terlebih dahulu pada suhu sekitar 115,50
C dan tekanan 15.000-20.000lb/inch2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pengepresan antara lain:
1)
Tekanan yang digunakan
Semakin besar tekanan yang
digunakan, maka jumlah minyak atsiri yang dihasilkanakan semakin banyak sampai minyak
atsiriyang ada di dalam kulit jeruk habis.
2)
Ukuran partikel
Untuk kulit jeruk yang ukurannya
relatif besar harus dikecilkan agar mudah dibentuk menjadi
flake yang memiliki luas permukaanyang lebih besar, sehingga dapa t mudah
dipres dan akan meningkatkan yield minyak.
3)
Moisture content
Moisture content pada
bahan berpengaruh
terhadap yield minyak hasil pengepresan.Semakin besar moisture
content, maka yield minyak yang dihasilkan akan lebih rendah, namun
dibutuhkan tekanan pengepresan yang lebih kecil.
4)
Suhu dan waktu pemanasan
Suhu dan waktu pemanasan mempengaruhi yield, karena dengan pemanasan
ini dapat memecah sel tumbuhan dan dapat
juga mengkoagulasi protein yang ada dalam
kulit,sehingga viskositas minyak turun dan mempercepat aliran minyak ke luar.
Padasuhu yang tinggi dan lama mungkin memberi efek
negatif pada kualitas minyak hasil pengepresan.
c) Leaching
Leaching merupakan ekstraksi dari
solut yang terdapat dalam padatan dengan menggunakan pelarut organik. Mekanisme
yang terjadi pada proses leaching adalah sebagai berikut: perpindahan
pelarut ke permukaan padatan kemudian pelarut mendifusi ke
dalam padatan, sehingga solut yang terdapat didalamnya akan larut ke dalam
pelarut, kemudian solut yang terlarut dalam pelarut tersebut akan mendifusi ke
luar menuju ke permukaan padatan, dan akhirnya solut akan berpindah
ke badan larutan.
Ada empat faktor yang
mempengaruhi laju ektraksi, yaitu:
1.
Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel akan
menyebabkan luas permukaan dari partikel per satuan berat jeruk menjadi
besar, sehingga menyebabkan pelarut yang berdifusi semakin banyak.
2.
Pelarut
Cairan yang dipilih sebagai pelarut
harus mampu melarutkan solut dengan baik dan viskositasnya rendah, sehingga
dapat mensirkulasi dengan baik.
3.
Suhu
Biasanya kelarutan dari bahan yang
diekstraksi akan bertambah dengan meningkatnya suhu, sehingga laju ektraksinya
juga bertambah. Selain itu,koefisien difusivitas juga akan semakin meningkat
dengan naiknya suhu sehingga dapat mempercepat laju ekstraksi.
4.
Agitasi
Pengadukan larutan juga penting
karena akan meningkatkan difusi Eddy dan meningkatkan kecepatan perpindahan
bahan dari permukaan padatan ke badan larutan. Selain itu pengadukan juga mencegah
terjadinya pengendapan.
Pelarut yang
digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Bersifat selektif yaitu keefektifan
pelarut dalam
melarutkan zat yang dikehendaki dengan cepat
dan baik.
2.
Mempunyai titik didih rendah, agar
pelarutdapat diuapkan pada suhu yang tidak terlalutinggi. Akan tetapi titik
didih pelarut jugatidak boleh terlalu rendah, karena hal ini mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut akibat penguapan.
3.
Tidak larut dalam air.
4.
Bersifat inert, sehingga tidak
bereaksidengan komponen minyak.
5.
Harga relatif murah.
E. Manfaat Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Kegunaan minyak kulit jeruk cukup banyak, yaitu secara umum sebagai flavouring
atau fragrance agent pada berbagai industri. Industri kosmetik menggunakan
minyak kulit jeruk sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion,
pembersih wajah, dan minyak wangi. Industri makanan menggunakannya sebagai essence
atau penambah citra rasa. Di industri farmasi, minyak kulit jeruk
digunakan sebagai pembersih atau sterilisasi peralatan medis, perawatan kanker antioksidan,
dan obat jerawat. Industri lain menggunakannya sebagai bahan pembuatan sabun
cuci tangan, pewangi pel, pengharum ruangan, penutup bau tidak sedap dari
obat pembasmi serangga, dan berbagai barang kebutuhan rumah tangga
lainnya. Selain sebagai pemberi aroma, minyak ini memiliki keunggulan tersendiri,
yaitu sebagai pelarut (solvent) yang ramah lingkungan karena bersifat biodegradable
yang diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai pengganti
berbagai pelarut yang berbahaya seperti benzena, CFC, freon, dan xilene.
BAB III
SIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Minyak atsiri, adalah senyawa yang
mudah menguap yang tidak larut di dalam air dan merupakan ekstrak alami dari
tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian, ataupun kulit buah.
2. Komponen minyak kulit
jeruk adalah sebagai berikut: limonene 94%, myrcene 2%, linalol
0,5%, oktanal 0,5%, dekanal 0,4%, sitronelal 0,1%, neral
0,1%, geranial 0,1%, valensen 0,05%, β-sinensial 0,02%,
dan α-sinensial 0,01%.
3. Teknik pengolahan yang dilakukan untuk memperoleh
minyak kulit jeruk terdiri dari 2 tahap yaitu perlakuan pendahuluan dan pemisahan minyak kulit jeruk.
4. Manfaat minyak kulit jeruk cukup banyak, yaitu secara
umum sebagai flavouring atau fragrance agent pada berbagai industry.
DAFTAR PUSTAKA
Adityo,
dkk. 2008. Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk dengan Metode Destilasi, Pengepresan,
dan Leaching. Jurnal Widya Teknik, Vol. 7, No. 1. Tahun 2008: 15-24.
Hidayati.
2012. Distilasi Minyak Atsiri dari
Kulit Jeruk Pontianak dan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Sabun Aroma Terapi. Jurnal Biopropal Industri Vol.
3 No. 2. 2012:39-49.
Mizu,
I. 2008. Minyak Atsiri Jeruk: Peluang Meningkatkan Nilai Ekonomi Kulit Jeruk. Warta
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 30(6). http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/minyak-jeruk/artikel/.
Tarwiyah,
K. 2001. Minyak Kulit Jeruk. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil
Sumatera Barat. Hasbullah. Dewan Ilmu Pengetahuan. Teknologi dan Industri
Sumatera Barat.