PENGARUH
TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT
BAB
I
TUJUAN
PRAKTIKUM
A. Tujuan
kegiatan :
1.
Mengetahui
kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
2.
Mengetahui
persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
B. Kompetensi
khusus :
1.
Mahasiswa
dapat melakukan cara penentuab kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada
berbagai konsentrasi larutan
2.
Mahasiswa
dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persentase hemolysis
eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Darah merupakan cairan tidak cembus cahaya, agak
kental, berwarna merah terang (oxygenated) dan merah gelap (deoxygenated).
Berat jenisnya berkisar antara 1,06 pH bersifat sedikit alkalis (7,2). Apabila
disentrifus dengan kecepatan putaran tertentu, maka akan terpisah menjadi dua
bagian utama yaitu bagian yang berwarna merah gelap disebut benda-benda darah
yang terdiri dari: sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan keeping
darah (platelets) dan bagian kuning jernih yang disebut plasma (Djukri dan Heru, 2014).
Darah adalah cairan yang tersusun atas plasma cair (55
%), yang komponen utamanya adalah air, dan sel-sel yang mengambang di dalamnya
(45%). Plasma kaya akan protein-protein terlarut lipid, dan karbohidrat. Limfe
sangat mirip dengan plasma, hanya saja kosentrasinya sedikit lebih rendah total
tubuh darah sendiri merupakan satu per dua belas berat tubuh, dan pada manusia
umumnya volume darah adalah kurang dari lima liter (George, 1999).
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi
mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan
kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan
vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah,
globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas
(oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit
(platelet) (Watson, 2002).
Larutan
adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan
hipertonik, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari
pada larutan lain disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan
selaput semipermiabel. Bila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan
osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam sel akan keluar sehingga sel
berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel
ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik), air
dari luar akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini
disebut plasmotipse (Sumardjo, 2009).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
larutan terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik
terhadap cairan sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama dengan
konsentrasi partikel yang tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke
dalam atau ke luar sel. Larutan disebut hipotonik terhadap sel jika larutan
lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke dalam sel dapat menyebabkan
sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan disebut hipertonik terhadap sel
jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel. Pergerakan air
keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa disebut dengan krenasi (Sloane,
2004).
Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua
komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang
cair dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari
eritrosit, leukosit dan trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan
bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis.
Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proeses patologis atau penambahan
larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan tekanan osmotik darah
(hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan
terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein dan heme.
Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali. Komponen heme akan
dipecah menjadi dua, yaitu besi yang masih bisa digunakan dan bilirubin yang
kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo, 2008).
Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang
terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang
diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolism yang dibuahi oleh sel. Selain itu,
cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu),
dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik maupun kimiawi dari
dalam dan luar tubuh.
Zat-zat yang
diperlukan sel antara lain:
1.
Oksigen
untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis
2.
Makanan
dalam bntuk sari-sari makanan untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesa
protein
3.
Vitamin
4.
Mineral
sibagai katalisator proses ensimatis
5.
Air
untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel
Zat-zat yang
dihasilkan oleh sel antara lain:
1.
Karbondioksida
dari pembakaran
2.
Protein
dari sintesis di ribosoma
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi cairan interseluler antara lain:
1. Suhu
2.
Derajat
keasaman (pH)
3.
Kekentalan
(viskositas) cairan
Sel darah merah dibatasi oleh
membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah
agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar
sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar
terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis
maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat
bentuk sel darah merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr),
peristiwa ini disebut krenasi Sebaliknya, apabila sel darah merah dimasukkan
dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah
sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut
dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena
keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).
Membran
plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat
melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam, dapat
karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran
plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah
sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan
lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan
yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di
dalam sel (Subowo, 2002).
Plasmolisis
Transportasi materi
sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit
terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya
suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya.
Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata sungguh
dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus
ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi
perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Dilingkungan
kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia
mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis/seimbang. Terkadang sel juga bisa
berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar
karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah
lisis/plasmolisis yang membawa sel itu mati. Misal kulit kita berada di deterjen sabun cuci yang
pekat ketika dulu belum ada mesin cuci mengucek ucek baju, maka tangan jadi
kulitnya mengkerut terlihat kelupasan sel yang mati. Plasmolisis adalah contoh
kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari
kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable,
yang akan dibahas drngan contoh pada darah.
Osmosis
Osmosis memainkan peranan yang
sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah
merah. Jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan hipertonik
(lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar dari sel
sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi.
Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang
bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk
kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah.Proses ini disebut hemolisis.
Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan
sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut OEDEMA.
Pemahaman mengenai proses osmosis
ini sangat diperlukan dalam bidang kedokteran. Misalnya, dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus. Pada infus, larutan nutrisi dimasukan langsung kedalam pembuluh darah. Larutan ini harus memilik tekanan osmotik yang sama dengan tekanan osmotik
darah agar sel darah tidak mengalami krenasi atau hemolisis karena sangat
membahayakan jiwa pasien. Tekanan
osmotik darah pada suhu 25 C adalah 7,7 atm oleh
karena itu, jika pasien akan diberi larutan glukosa melalui infus,konsentrasi
glukosa yang digunakan harus memiliki persen masa 5,3%. Osmosis yang terjadi juga bisa kita amati pada peristiwa alam lainnya
,dalam banyak contoh yang menarik. misalnya pada pengawetan selai dan jeli yang
dilakukan di rumah merupakan contoh lain dari penerapan tekanan osmotik.
Gula dalam jumlah yang banyak
ternyata penting dalam proses pengawetan karena gula membantu membunuh bakteri
yang bisa mengakibatkan botulisme. Bila sel
bakteri berada dalam larutan gula hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel
cenderung untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat
lewat osmosis. Proses ini
yang disebut krenasi (crenation), menyebabkan sel
mengerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi. Keasaman alami buah-buahan juga
menghambat pertumbuhan bakteri. Tekanan
osmotik juga merupakan mekanisme utama dalam pengangkutan air ke bagian atas
tumbuhan. Karena daun
terus-menerus kehilangan air ke udara, dalam proses yang disebut transpirasi, konsentrasi zat terlarut
dalam cairan daun meningkat. Air didorong
ke atas lewat batang, cabang dan ranting-ranting pohon oleh tekanan osmotik. Diperlukan tekanan sebesar 10-15 atm untuk mengangkut air ke daun di pucuk
pohon redwood di California, yang tingginya mencapai sekitar
120 m. Teknik mengeluarkan bisul pada tubuh
dengan mekanisme osmosis dengan menerapkan gelli berupa balsam/salep yang
hipertonik juga memudahkan bisul segera kempes, Pembuatan telur asin, ikan asin dan tentu contoh yang lain yang prinsipnya
disitu ada perbedaan tekanan dipastikan proses osmosis akan berlangsung. Proses ini juga bisa terlihat pada tanaman yang dipupuk urea sangat pekat
tanaman bisa diharapkan tumbuh dengan baik tetapi malah mati.
Jadi Plasmolisis merupakan
dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel
tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan
akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di
suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan
adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis – runtuhnya seluruh dinding sel dapat
terjadi. Tidak ada
mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.
Sel hewan (darah) dalam kondisi
lingkungan berbeda
Sel tumbuhan sebelum plasmolisis
Sesudah plasmolisis
Plasmolisis
hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik, turgor sel akan meningkat. Bila berada
dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan konsentrasi isi
sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan
meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan
osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui
,maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
π = M x R x T
di mana
π = tekanan
osmotik (atm) = Tekanan Osmotik sel
M = Molaritas, Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
R =
tetapan gas (0.082 )
T =
suhu (Kelvin ) = Temperatur
mutlak (273+t 0C)
Dalam proses
osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik yang
terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan yang diberikan pada
suatu larutan akan meningkatkan energi bebas, sehingga PA meningkat dan juga
meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan. Tekanan yang diberikan atau sering
disebut PT yang disebut juga tekanan turgor. Dari ketiga potensial tersebut dapat dilihat adanya hubungan yang dapat
dituliskan rumus sebagai berikut :
PA = PO + PT
Dari rumus
tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA =
Potensial air
PO =
Potensial osmotik
PT =
Potensial tekanan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Jenis
Kegiatan : Observasi
B. Objek
Pengamatan : sel darah merah manusia
C. Tempat
dan waktu Praktikum
hari/tanggal :
Sabtu/ Maret
2016
pukul : 07.30 – selesai
tempat : Laboratorium Biologi
D.
Bahan dan alat :
a)
Mikroskop
cahaya
b)
Kaca
benda dengan cekungan dan gelas penutup (cover glass)
c)
Pipet
Pasteur
d)
Garam
fisiologis 3%, 1%, 0,9%, 0,7%, 0,5%
e)
Vaselin
album
f)
Antikoagulan
(heparin atau Kalium Oksalat)
g)
Darah
perifer (probandus)
E. Prosedur
percobaan
a)
Mengambil
darah perifer dari ujung jari manis sesui SOP (Standar Operasional Prosedur)
b)
Meneteskan
1 tetes darah di atas cekungan kaca objek, kemudian menambahkan 1 tetes NaCL
0,5%, mengamati di bawah mikroskop dengan hati-hati dan mengamati kapan
eritrosit tampak mulai hemolisis.
c)
Untuk
mengetahui kecepatan terjadinya reaksi melakukan seperti di atas dengan
menggunakan larutan NaCl lebih pekat dari pada 0,7%, mencatat hasilnya dan
membuat pembahasan.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Pengamatan Pengaruh Tekanan Osmotik Terhadap Membran Eritrosit
A.
Tabel
I Data Kelompok
No
|
Kepekatan Larutan NaCl
|
Hemolisis/Krenasi
|
Waktu (t)
|
1
|
0,5%
|
Hemolisis
|
10 menit
|
2
|
0,7%
|
Hemolisis
|
18 menit
|
3
|
0,9%
|
Krenasi
|
15 menit
|
4
|
1,0%
|
Krenasi
|
8 menit
|
5
|
3,0%
|
Krenasi
|
14 menit
|
B.
Tabel
II Data Kelas
No
|
Kepekatan larutan NaCl
|
Hemolisis/Krenasi
|
|||||||||||
K-1
|
t
|
K-2
|
t
|
K-3
|
t
|
K-4
|
t
|
K-5
|
t
|
K-6
|
t
|
||
1.
|
0,5%
|
H
|
5
|
H
|
10
|
H
|
12,36
|
K
|
48
|
H
|
21
|
H
|
17,33
|
2.
|
0,7%
|
H
|
15
|
H
|
18
|
H
|
9,25
|
K
|
45
|
H
|
36
|
H
|
17,44
|
3.
|
0,9%
|
H
|
6
|
K
|
15
|
H
|
6,03
|
K
|
28
|
H
|
17
|
H
|
36,50
|
4.
|
1,0%
|
K
|
4
|
K
|
8
|
K
|
9,12
|
K
|
24
|
K
|
20
|
K
|
18,44
|
5.
|
3,0%
|
K
|
16
|
K
|
14
|
K
|
6,13
|
K
|
5
|
K
|
14,44
|
K
|
20,22
|
Ket: H = terjadi hemolisis; K = terjadi krenasi
A. Analisa
Data
Untuk
mengetahui pengaruh tekanan osmotik terhadap suhu tubuh, dilakukan pengamatan pada sel darah merah yang
ditambahkan larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu 0,5%, 0,7%, 0,9 %, 1,0% dan 3,0%.
1.
Pada perlakuan pertama satu tetes
darah yang ditambah dengan larutan NaCl dan aquades dengan kepekatan 0,5% bila
dilihat dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna gelap
(merah tua), dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 0,5% dapat dilihat bahwa
eritrosit mengembang hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel
memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi yang dikandung di
dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar masuk ke dalam sel. Jadi
pada percobaan pertama dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 0,5% terjadi
proses hemolisis. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok, dengan
kepekatan 0,5% terjadi proses hemolisis untuk 5 kelompok, sedangkan 1 kelompok
terjadi krenasi, hal ini mungkin disebabkan karena terlalu dalam mengamati sel darah
sehingga sel darah merah yang awalnya mengembang lama-kelamaan akan pecah dan
akhirnya pengamat menyimpulkan sebagai proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan
eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 5 sampai 21 menit. Dengan persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,5% adalah sebagai
berikut :
2.
Pada perlakuan kedua satu tetes
darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 0,7% bila dilihat
dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna gelap (merah tua).
Pada kepekatan larutan NaCl 0,7% dapat dilihat bahwa eritrosit mengembang hal
ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang
lebih kecil dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga
menyebabkan cairan yang ada di luar masuk ke dalam sel. Jadi pada percobaan
kedua dengan menggunakan larutan NaCl 0,7% terjadi proses hemolisis. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok,
dengan kepekatan 0,7% terjadi proses hemolisis untuk 5 kelompok, sedangkan 1
kelompok terjadi krenasi, hal ini mungkin disebabkan karena terlalu dalam
mengamati sel darah sehingga sel darah merah yang awalnya mengembang
lama-kelamaan akan pecah dan akhirnya pengamat menyimpulkan sebagai proses krenasi.
Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 15
sampai 36 menit.
Dengan persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,7 % adalah
sebagai berikut :
3.
Pada perlakuan ketiga satu tetes
darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 0,9% bila dilihat dengan
menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna gelap (merah tua). Pada kepekatan larutan NaCl 0,9%
dapat dilihat bahwa eritrosit mengembang hal ini disebabkan karena larutan yang
ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi
yang dikandung di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar masuk
ke dalam sel. Jadi pada percobaan ketiga dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%
terjadi proses hemolisis. Berdasarkan data hasil
praktikum semua kelompok, dengan kepekatan 0,9% terjadi proses hemolisis untuk
4 kelompok, sedangkan 2 kelompok terjadi krenasi, hal ini mungkin disebabkan
karena terlalu dalam mengamati sel darah sehingga sel darah merah yang awalnya
mengembang lama-kelamaan akan pecah dan akhirnya pengamat menyimpulkan sebagai
proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa
hemolisis adalah 6 sampai 37 menit.
Dengan persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,9 % adalah
sebagai berikut :
4.
Pada perlakuan keempat satu tetes
darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 1,0% bila dilihat
dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna merah muda dengan
menggunakan kepekatan larutan NaCl 1,0% dapat dilihat bahwa eritrosit
mengkerut, karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada
konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel
tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut. Pada percobaan keempat
dengan menggunakan larutan NaCl 1,0% terjadi proses krenasi. Berdasarkan data
hasil praktikum semua kelompok, hasil praktikum pada kepekatan larutan NaCl
1,0% terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit
untuk mengalami peristiwa krenasi adalah 4 sampai 24 menit. Dengan persentase krenasi pada kepekatan
larutan NaCl 1 % adalah sebagai berikut :
5.
Pada perlakuan kelima satu tetes
darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 3,0% bila dilihat
dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna merah muda dengan
menggunakan kepekatan larutan NaCl 3,0% dapat dilihat bahwa eritrosit
mengkerut, karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada
konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel
tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut. Pada percobaan kelima
dengan menggunakan larutan NaCl 3,0% terjadi proses krenasi. Berdasarkan data
hasil praktikum semua kelompok, hasil praktikum pada kepekatan larutan NaCl 3,0%
terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit
untuk mengalami peristiwa krenasi adalah 5 sampai 16 menit. Dengan
persentase krenasi pada kepekatan larutan NaCl 3 % adalah sebagai berikut :
B. Pembahasan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kecepatan
dan persentase hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi
larutan. Praktikum ini dilakukan dengan
mengambil darah perifer dari ujung jari manis lalu diteteskan di atas cekungan
kaca objek, lalu ditetesi dengan berbagai konsentrasi larutan NaCl diantaranya
0,5%, 0,7%, 0,9%, 1,0% dan 3,0% untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dan
dicatat waktu terjadinya hemolisis atau krenasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan
mikroskop diketahui bahwa pada larutan NaCl konsentrasi 0,5% yang ditambah dengan aquades tampak darah
berwarna merah tua dan membengkak. Akuades
merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana
konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga terjadi proses osmosis yaitu perpindahan
cairan dari konsentrasi rendah yaitu konsentrasi larutan NaCl 0,5% yang
ditambah dengan aquades menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu
sitoplasma eritrosit sehingga terjadilah
hemolisis (pecahnya sel darah merah). Waktu yang
dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 5 sampai 21 menit. Berdasarkan semua
kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 5 kelompok yang
mengalami hemolisis. Sehingga pada
kepekatan larutan NaCl 0,5% persentase hemolisis sebanyak 83,33%.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan
mikroskop diketahui bahwa pada larutan NaCl konsentrasi 0,7% eritrosit
tampak berwarna gelap (merah tua) dan mengembang atau bengkak. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu 0,7% menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. Dapat dikatakan air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis. Sehingga NaCl pada konsentrasi 0,7% terjadi proses hemolisis. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 15 sampai 36 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 5 kelompok yang mengalami hemolisis. Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,7% persentase hemolisis sebanyak 83,33%.
tampak berwarna gelap (merah tua) dan mengembang atau bengkak. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu 0,7% menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. Dapat dikatakan air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis. Sehingga NaCl pada konsentrasi 0,7% terjadi proses hemolisis. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 15 sampai 36 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 5 kelompok yang mengalami hemolisis. Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,7% persentase hemolisis sebanyak 83,33%.
Sedangkan
hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop diketahui bahwa pada larutan NaCl
konsentrasi 0,9% eritrosit
tampak berwarna gelap (merah tua) dan mengembang atau bengkak. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu 0,9% menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. Dapat dikatakan air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis. Sehingga NaCl pada konsentrasi 0,9% terjadi proses hemolisis. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 6 sampai 37 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 4 kelompok yang mengalami hemolisis. Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,7% persentase hemolisis sebanyak 66,66%.
tampak berwarna gelap (merah tua) dan mengembang atau bengkak. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu 0,9% menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. Dapat dikatakan air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis. Sehingga NaCl pada konsentrasi 0,9% terjadi proses hemolisis. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 6 sampai 37 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 4 kelompok yang mengalami hemolisis. Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,7% persentase hemolisis sebanyak 66,66%.
Sedangkan
hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada kepekatan larutan NaCl
dengan konsentrasi 1,0% dan 3,0% eristrosit tampak
berwarna merah muda, mengecil dan mengkerut, hal ini disebabkan
karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi (bersifat
hipotonik) dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga terjadi
osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah
yaitu sitoplasma eritrosit menuju ke cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi
yaitu larutan NaCl 1%, dan 3%. Dapat dikatakan sitoplasma di dalam eritrosit
ditarik keluar sehingga selnya kehilangan air yang mengakibatkan sel nampak
mengkerut. Sehingga NaCl pada konsentrasi 1%, dan 3% terjadi proses krenasi. Waktu
yang dibutuhkan eritrosit dengan kepekatan larutan 1,0% untuk hemolisis adalah 4
sampai 24 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan eritrosit dengan kepekatan
larutan 3,0% untuk hemolisis adalah 5 sampai 16 menit. Berdasarkan semua
kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, dinyatakan semua kelompok
pada sehingga pada kepekatan larutan NaCl 1,0% dan 3,0% persentase hemolisis sebanyak 100%.
Berdasarkan
kajian pustaka bahwa kepekatan atau konsentrasi cairan di luar akan berpengaruh
terhadap peristiwa hemolisis dan krenasi, sehingga kecepatan hemolisis dan
kecepatan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar sel eristrosit.
Berdasarkan kegiatan di atas dapat diketahui bahwa semakin rendah konsentrasi
atau kepekatan larutan di luar sel maka semakin cepat sel eritrosit tersebut
mengalami hemolisis, dan semakin tinggi konsentrasi atau kepekatan larutan di
luar sel maka semakin cepat sel eritrosit mengalami krenasi. Sehingga dapat
dikatakan kecepatan hemolisis dan kecepatan krenasi dipengaruhi oleh peristiwa
hemolisis.
Peristiwa hemolisis dan krenasi tidak pernah terlepas dari peran osmosis
dan difusi. Kerusakan pada membran sel darah dikaarenakan sel darah didedahkan
pada medium yang hipotonis atau hipertonis. Apabila larutan bersifat hipotonis
larutan dari luar akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung
melebihi kemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena larutan masuk melalui
membran eritrosit yang bersifat semi permiabel. Sedangkan bila larutan bersifat
hipertonis dimasukan dalam darah akan menyebabkan isi sel keluar menuju medium
sehingga sel mengkerut.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan hemolisis
diketahui bahwa ada 4 dari 6 kelompok yang menunjukkan kecepatan hemolisis pada
NaCl 0,5% lebih cepat dari pada 0,7%. Hal ini disebabkan karena larutan
yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada
konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari
konsentrasi rendah yaitu larutan NaCl menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih
tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. akan
tetapi terdapat 4 dari 6 kelompok yang menunjukkan
kecepatan hemolisis pada NaCl 0,9% lebih cepat dari pada 0,7%, hal
tersebut dapat terjadi karena berbagai kemungkinan adanya human error seperti
ketidaktelitian pengamat saat mencatat waktu pada stopwatch ketika mengamati
dengan mikroskop, atau karena kalibrasi mikrokskop yang sulit difokuskan
sehingga memperlambat pengamat untuk mencatat waktu krenasi dan hemolisis
eritrosit.
Sedangkan
pada larutan NaCl semakin pekat larutannya yaitu 1%, dan 3% terdapat 3 dari 6 kelompok yang menunjukkan kecepatan
krenasi pada NaCl 1% lebih cepat dari pada 3%. Hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan yang ada di
luar sel lebih tinggi (bersifat hipotonik) dari pada konsentrasi yang
terkandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan
cairan dari konsentrasi rendah yaitu sitoplasma eritrosit menuju ke cairan yang
berkonsentrasi lebih tinggi. Dan terdapat 3
dari 6 kelompok yang kecepatan krenasi pada larutan NaCl 3% lebih cepat dari
pada 1%. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai
kemungkinan adanya human error seperti ketidaktelitian pengamat saat mencatat
waktu pada stopwatch ketika mengamati dengan mikroskop, atau karena kalibrasi
mikrokskop yang sulit difokuskan sehingga memperlambat pengamat untuk mencatat
waktu krenasi dan hemolisis eritrosit
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan pada
praktikum pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit adalah peristiwa
hemolisis ditandai dengan membengkaknya eristrosit dikarenakan penambahan
larutan yang bersifat hipotonik yaitu pada larutan NaCl dengan konsentrasi
larutan 0,5% dan 0,7% dan 0,9%. Sedangkan peristiwa krenasi ditandai dengan
mengkerutnya eritrosit karena penambahan larutan yang bersifat hipertonik yaitu
pada larutan NaCl dengan konsentrasi larutan 1,0% dan 3,0%. Jadi kecepatan
hemolisis dan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar eristrosit.
Persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,5% adalah 83,33%. Persentase
hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,7% adalah 83,33%. Persentase hemolisis
pada kepekatan larutan NaCl 0,9% adalah 66,66%. Sedangkan untuk persentase
krenasi pada kepekatan larutan NaCl 1,0% adalah 100%. Dan untuk persentase
krenasi pada kepekatan larutan NaCl 3,0% adalah 100%.
LAMPIRAN
A.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Jane B. Reece & Lawrence G.
Mitchell. 2002. Biologi (ed 5 jilid 3
terjemahan). Jakarta: Erlangga
Djukri dan Heru Nurcahyo. 2011. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: Program Pascasarjana
UNY.
Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Handayani,W.
dan Haribowo, A. S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika
Sloane, E.
2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Subowo.1995.Biologi Sel.Bandung : Angkasa
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
B. Foto
Konsentrasi 0,5%
|
Konsentrasi 0,7%
|
Konsentrasi 0,9 %
|
Konsentrasi 1%
|
Konsentrasi 3%
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar