Minggu, 16 Oktober 2016

Tekanan Osmotik



PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT

BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

A.     Tujuan kegiatan :
1.      Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
2.      Mengetahui persentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
B.      Kompetensi khusus :
1.      Mahasiswa dapat melakukan cara penentuab kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
2.      Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persentase hemolysis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan

BAB II
LANDASAN TEORI

Darah merupakan cairan tidak cembus cahaya, agak kental, berwarna merah terang (oxygenated) dan merah gelap (deoxygenated). Berat jenisnya berkisar antara 1,06 pH bersifat sedikit alkalis (7,2). Apabila disentrifus dengan kecepatan putaran tertentu, maka akan terpisah menjadi dua bagian utama yaitu bagian yang berwarna merah gelap disebut benda-benda darah yang terdiri dari: sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan keeping darah (platelets) dan bagian kuning jernih yang disebut plasma (Djukri dan Heru, 2014).
Darah adalah cairan yang tersusun atas plasma cair (55 %), yang komponen utamanya adalah air, dan sel-sel yang mengambang di dalamnya (45%). Plasma kaya akan protein-protein terlarut lipid, dan karbohidrat. Limfe sangat mirip dengan plasma, hanya saja kosentrasinya sedikit lebih rendah total tubuh darah sendiri merupakan satu per dua belas berat tubuh, dan pada manusia umumnya volume darah adalah kurang dari lima liter (George, 1999).
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Watson, 2002).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama yaitu larutan isotonik. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari pada larutan lain disebut larutan hipertonik, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari pada larutan lain disebut larutan hipotonik. Membran sel hidup merupakan selaput semipermiabel. Bila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi (hipertonik), air dalam sel akan keluar sehingga sel berkeriput dan proses ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel ditempatkan dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah (hipotonik), air dari luar akan masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkan dan proses ini disebut plasmotipse (Sumardjo, 2009).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh larutan terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap cairan sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar sel. Larutan disebut hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan air ke dalam sel dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan disebut hipertonik terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel. Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa disebut dengan krenasi (Sloane, 2004).
Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo, 2008).
Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolism yang dibuahi oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.
Zat-zat yang diperlukan sel antara lain:
1.      Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis
2.      Makanan dalam bntuk sari-sari makanan untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesa protein
3.      Vitamin
4.      Mineral sibagai katalisator proses ensimatis
5.      Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel

Zat-zat yang dihasilkan oleh sel antara lain:
1.      Karbondioksida dari pembakaran
2.      Protein dari sintesis di ribosoma
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan interseluler antara lain:
1.      Suhu
2.      Derajat keasaman (pH)
3.      Kekentalan (viskositas) cairan
Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr), peristiwa ini disebut krenasi Sebaliknya, apabila sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).
Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam, dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel (Subowo, 2002).


Plasmolisis
Transportasi materi sel adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata sungguh dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Dilingkungan kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis/seimbang. Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis/plasmolisis yang membawa sel itu mati. Misal  kulit kita berada di deterjen sabun cuci yang pekat ketika dulu belum ada mesin cuci mengucek ucek baju, maka tangan jadi kulitnya mengkerut terlihat kelupasan sel yang mati. Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable, yang akan dibahas drngan contoh pada darah.

Osmosis
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah.Proses ini disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut OEDEMA.

Pemahaman mengenai proses osmosis ini sangat diperlukan dalam bidang kedokteran. Misalnya, dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus. Pada infus, larutan nutrisi dimasukan langsung kedalam pembuluh darah. Larutan ini harus memilik tekanan osmotik yang sama dengan tekanan osmotik darah agar sel darah tidak mengalami krenasi atau hemolisis karena sangat membahayakan jiwa pasien. Tekanan osmotik darah pada suhu 25 C adalah 7,7 atm oleh karena itu, jika pasien akan diberi larutan glukosa melalui infus,konsentrasi glukosa yang digunakan harus memiliki persen masa 5,3%. Osmosis yang terjadi juga bisa kita amati pada peristiwa alam lainnya ,dalam banyak contoh yang menarik. misalnya pada pengawetan selai dan jeli yang dilakukan di rumah merupakan contoh lain dari penerapan tekanan osmotik.
Gula dalam jumlah yang banyak ternyata penting dalam proses pengawetan karena gula membantu membunuh bakteri yang bisa mengakibatkan botulisme. Bila sel bakteri berada dalam larutan gula hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat lewat osmosis. Proses ini yang disebut krenasi (crenation), menyebabkan sel mengerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi. Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri. Tekanan osmotik juga merupakan mekanisme utama dalam pengangkutan air ke bagian atas tumbuhan. Karena daun terus-menerus kehilangan air ke udara, dalam proses yang disebut transpirasi, konsentrasi zat terlarut dalam cairan daun meningkat. Air didorong ke atas lewat batang, cabang dan ranting-ranting pohon oleh tekanan osmotik. Diperlukan tekanan sebesar 10-15 atm untuk mengangkut air ke daun di pucuk pohon redwood di California, yang tingginya mencapai sekitar 120 m. Teknik mengeluarkan bisul pada tubuh dengan mekanisme osmosis dengan menerapkan gelli berupa balsam/salep yang hipertonik juga memudahkan bisul segera kempes, Pembuatan telur asin, ikan asin dan tentu contoh yang lain yang prinsipnya disitu ada perbedaan tekanan dipastikan proses osmosis akan berlangsung. Proses ini juga bisa terlihat pada tanaman yang dipupuk urea sangat pekat tanaman bisa diharapkan tumbuh dengan baik tetapi malah mati.
Jadi Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis – runtuhnya seluruh dinding sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.

Sel hewan (darah) dalam kondisi lingkungan berbeda
Sel tumbuhan sebelum plasmolisis Sesudah plasmolisis
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik, turgor sel akan meningkat. Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui ,maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
π = M x R x T di mana
 π      = tekanan osmotik (atm) = Tekanan Osmotik sel
 M     = Molaritas, Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
 R      = tetapan gas (0.082 )
 T       = suhu (Kelvin ) = Temperatur mutlak (273+t 0C)
Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan yang diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas, sehingga PA meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan. Tekanan yang diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga tekanan turgor. Dari ketiga potensial tersebut dapat dilihat adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus sebagai berikut :
PA = PO + PT
Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan



BAB III

METODE PRAKTIKUM

A.     Jenis Kegiatan                 : Observasi
B.      Objek Pengamatan         : sel darah merah manusia
C.      Tempat dan waktu Praktikum
hari/tanggal  : Sabtu/   Maret 2016
pukul             : 07.30 – selesai
tempat          : Laboratorium Biologi
D.     Bahan dan alat               :
a)      Mikroskop cahaya
b)      Kaca benda dengan cekungan dan gelas penutup (cover glass)
c)      Pipet Pasteur
d)      Garam fisiologis 3%, 1%, 0,9%, 0,7%, 0,5%
e)      Vaselin album
f)       Antikoagulan (heparin atau Kalium Oksalat)
g)      Darah perifer (probandus)
E.      Prosedur percobaan
a)      Mengambil darah perifer dari ujung jari manis sesui SOP (Standar Operasional Prosedur)
b)      Meneteskan 1 tetes darah di atas cekungan kaca objek, kemudian menambahkan 1 tetes NaCL 0,5%, mengamati di bawah mikroskop dengan hati-hati dan mengamati kapan eritrosit tampak mulai hemolisis.
c)      Untuk mengetahui kecepatan terjadinya reaksi melakukan seperti di atas dengan menggunakan larutan NaCl lebih pekat dari pada 0,7%, mencatat hasilnya dan membuat pembahasan.



BAB IV
Hasil dan Pembahasan

Pengamatan Pengaruh Tekanan Osmotik Terhadap Membran Eritrosit
A.      Tabel I Data Kelompok
No
Kepekatan Larutan NaCl
Hemolisis/Krenasi
Waktu (t)
1
0,5%
Hemolisis
10 menit
2
0,7%
Hemolisis
18 menit
3
0,9%
Krenasi
15 menit
4
1,0%
Krenasi
8 menit
5
3,0%
Krenasi
14 menit

B.      Tabel II Data Kelas
No
Kepekatan larutan NaCl
Hemolisis/Krenasi
K-1
t
K-2
t
K-3
t
K-4
t
K-5
t
K-6
t
1.
0,5%
H
5
H
10
H
12,36
K
48
H
21
H
17,33
2.
0,7%
H
15
H
18
H
9,25
K
45
H
36
H
17,44
3.
0,9%
H
6
K
15
H
6,03
K
28
H
17
H
36,50
4.
1,0%
K
4
K
8
K
9,12
K
24
K
20
K
18,44
5.
3,0%
K
16
K
14
K
6,13
K
5
K
14,44
K
20,22
Ket: H = terjadi hemolisis; K = terjadi krenasi

A.     Analisa Data
Untuk mengetahui pengaruh tekanan osmotik terhadap suhu tubuh, dilakukan pengamatan pada sel darah merah yang ditambahkan larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu 0,5%, 0,7%, 0,9 %, 1,0% dan 3,0%.
1.      Pada perlakuan pertama satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dan aquades dengan kepekatan 0,5% bila dilihat dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna gelap (merah tua), dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 0,5% dapat dilihat bahwa eritrosit mengembang hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar masuk ke dalam sel. Jadi pada percobaan pertama dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 0,5% terjadi proses hemolisis. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok, dengan kepekatan 0,5% terjadi proses hemolisis untuk 5 kelompok, sedangkan 1 kelompok terjadi krenasi, hal ini mungkin disebabkan karena terlalu dalam mengamati sel darah sehingga sel darah merah yang awalnya mengembang lama-kelamaan akan pecah dan akhirnya pengamat menyimpulkan sebagai proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 5 sampai 21  menit. Dengan persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,5% adalah sebagai berikut :

2.      Pada perlakuan kedua satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 0,7% bila dilihat dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna gelap (merah tua). Pada kepekatan larutan NaCl 0,7% dapat dilihat bahwa eritrosit mengembang hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar masuk ke dalam sel. Jadi pada percobaan kedua dengan menggunakan larutan NaCl 0,7% terjadi proses hemolisis. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok, dengan kepekatan 0,7% terjadi proses hemolisis untuk 5 kelompok, sedangkan 1 kelompok terjadi krenasi, hal ini mungkin disebabkan karena terlalu dalam mengamati sel darah sehingga sel darah merah yang awalnya mengembang lama-kelamaan akan pecah dan akhirnya pengamat menyimpulkan sebagai proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 15 sampai 36 menit.
Dengan persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,7 % adalah sebagai berikut :


3.      Pada perlakuan ketiga satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 0,9% bila dilihat dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna gelap  (merah tua). Pada kepekatan larutan NaCl 0,9% dapat dilihat bahwa eritrosit mengembang hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar masuk ke dalam sel. Jadi pada percobaan ketiga dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% terjadi proses hemolisis. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok, dengan kepekatan 0,9% terjadi proses hemolisis untuk 4 kelompok, sedangkan 2 kelompok terjadi krenasi, hal ini mungkin disebabkan karena terlalu dalam mengamati sel darah sehingga sel darah merah yang awalnya mengembang lama-kelamaan akan pecah dan akhirnya pengamat menyimpulkan sebagai proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 6 sampai 37 menit.
Dengan persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,9 % adalah sebagai berikut :

4.      Pada perlakuan keempat satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 1,0% bila dilihat dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna merah muda dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 1,0% dapat dilihat bahwa eritrosit mengkerut, karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut. Pada percobaan keempat dengan menggunakan larutan NaCl 1,0% terjadi proses krenasi. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok, hasil praktikum pada kepekatan larutan NaCl 1,0% terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa krenasi adalah 4 sampai 24 menit. Dengan persentase krenasi pada kepekatan larutan NaCl 1 % adalah sebagai berikut :

5.      Pada perlakuan kelima satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan kepekatan 3,0% bila dilihat dengan menggunakan mikroskop tampak sel darah merah berwarna merah muda dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 3,0% dapat dilihat bahwa eritrosit mengkerut, karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut. Pada percobaan kelima dengan menggunakan larutan NaCl 3,0% terjadi proses krenasi. Berdasarkan data hasil praktikum semua kelompok, hasil praktikum pada kepekatan larutan NaCl 3,0% terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa krenasi adalah 5 sampai 16 menit. Dengan persentase krenasi pada kepekatan larutan NaCl 3 % adalah sebagai berikut :

B.      Pembahasan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kecepatan dan persentase hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. Praktikum  ini dilakukan dengan mengambil darah perifer dari ujung jari manis lalu diteteskan di atas cekungan kaca objek, lalu ditetesi dengan berbagai konsentrasi larutan NaCl diantaranya 0,5%, 0,7%, 0,9%, 1,0% dan 3,0% untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dan dicatat waktu terjadinya hemolisis atau krenasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop diketahui bahwa pada larutan NaCl konsentrasi 0,5%  yang ditambah dengan aquades tampak darah berwarna merah tua dan membengkak. Akuades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga terjadi proses osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu konsentrasi larutan NaCl 0,5% yang ditambah dengan aquades menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit sehingga terjadilah hemolisis (pecahnya sel darah merah). Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 5 sampai 21  menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 5 kelompok yang mengalami hemolisis.  Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,5% persentase hemolisis sebanyak 83,33%.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop diketahui bahwa pada larutan NaCl konsentrasi 0,7% eritrosit
tampak berwarna gelap (merah tua) dan mengembang atau bengkak. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu 0,7% menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. Dapat dikatakan air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis. Sehingga NaCl pada konsentrasi 0,7% terjadi proses hemolisis. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 15 sampai 36 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 5 kelompok yang mengalami hemolisis.  Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,7% persentase hemolisis sebanyak 83,33%.
Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop diketahui bahwa pada larutan NaCl konsentrasi 0,9% eritrosit
tampak berwarna gelap (merah tua) dan mengembang atau bengkak. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu 0,9% menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. Dapat dikatakan air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga mengembang dan pecah atau lisis. Sehingga NaCl pada konsentrasi 0,9% terjadi proses hemolisis. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 6 sampai 37 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, terdapat 4 kelompok yang mengalami hemolisis.  Sehingga pada kepekatan larutan NaCl 0,7% persentase hemolisis sebanyak 66,66%.
Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada kepekatan larutan NaCl dengan konsentrasi 1,0% dan 3,0% eristrosit tampak berwarna merah muda, mengecil dan mengkerut, hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi (bersifat hipotonik) dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu sitoplasma eritrosit menuju ke cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu larutan NaCl 1%, dan 3%. Dapat dikatakan sitoplasma di dalam eritrosit ditarik keluar sehingga selnya kehilangan air yang mengakibatkan sel nampak mengkerut. Sehingga NaCl pada konsentrasi 1%, dan 3% terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit dengan kepekatan larutan 1,0% untuk hemolisis adalah 4 sampai 24 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan eritrosit dengan kepekatan larutan 3,0% untuk hemolisis adalah 5 sampai 16 menit. Berdasarkan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok, dinyatakan semua kelompok pada sehingga pada kepekatan larutan NaCl 1,0% dan 3,0%  persentase hemolisis sebanyak 100%.
Berdasarkan kajian pustaka bahwa kepekatan atau konsentrasi cairan di luar akan berpengaruh terhadap peristiwa hemolisis dan krenasi, sehingga kecepatan hemolisis dan kecepatan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar sel eristrosit. Berdasarkan kegiatan di atas dapat diketahui bahwa semakin rendah konsentrasi atau kepekatan larutan di luar sel maka semakin cepat sel eritrosit tersebut mengalami hemolisis, dan semakin tinggi konsentrasi atau kepekatan larutan di luar sel maka semakin cepat sel eritrosit mengalami krenasi. Sehingga dapat dikatakan kecepatan hemolisis dan kecepatan krenasi dipengaruhi oleh peristiwa hemolisis.
Peristiwa hemolisis dan krenasi tidak pernah terlepas dari peran osmosis dan difusi. Kerusakan pada membran sel darah dikaarenakan sel darah didedahkan pada medium yang hipotonis atau hipertonis. Apabila larutan bersifat hipotonis larutan dari luar akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihi kemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena larutan masuk melalui membran eritrosit yang bersifat semi permiabel. Sedangkan bila larutan bersifat hipertonis dimasukan dalam darah akan menyebabkan isi sel keluar menuju medium sehingga sel mengkerut.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan hemolisis diketahui bahwa ada 4 dari 6 kelompok yang menunjukkan kecepatan hemolisis pada NaCl 0,5% lebih cepat dari pada 0,7%. Hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil atau bersifat hipotonik (lebih encer) dari pada konsentrasi yang dikandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu larutan NaCl menuju kecairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit. akan tetapi terdapat 4 dari 6 kelompok yang menunjukkan kecepatan hemolisis pada NaCl 0,9% lebih cepat dari pada 0,7%, hal tersebut dapat terjadi karena berbagai kemungkinan adanya human error seperti ketidaktelitian pengamat saat mencatat waktu pada stopwatch ketika mengamati dengan mikroskop, atau karena kalibrasi mikrokskop yang sulit difokuskan sehingga memperlambat pengamat untuk mencatat waktu krenasi dan hemolisis eritrosit.
Sedangkan pada larutan NaCl semakin pekat larutannya yaitu 1%, dan 3% terdapat 3 dari 6 kelompok yang menunjukkan kecepatan krenasi pada NaCl 1% lebih cepat dari pada 3%. Hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi (bersifat hipotonik) dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga terjadi osmosis yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu sitoplasma eritrosit menuju ke cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi. Dan terdapat 3 dari 6 kelompok yang kecepatan krenasi pada larutan NaCl 3% lebih cepat dari pada 1%. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai kemungkinan adanya human error seperti ketidaktelitian pengamat saat mencatat waktu pada stopwatch ketika mengamati dengan mikroskop, atau karena kalibrasi mikrokskop yang sulit difokuskan sehingga memperlambat pengamat untuk mencatat waktu krenasi dan hemolisis eritrosit

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit adalah peristiwa hemolisis ditandai dengan membengkaknya eristrosit dikarenakan penambahan larutan yang bersifat hipotonik yaitu pada larutan NaCl dengan konsentrasi larutan 0,5% dan 0,7% dan 0,9%. Sedangkan peristiwa krenasi ditandai dengan mengkerutnya eritrosit karena penambahan larutan yang bersifat hipertonik yaitu pada larutan NaCl dengan konsentrasi larutan 1,0% dan 3,0%. Jadi kecepatan hemolisis dan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar eristrosit.
Persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,5% adalah 83,33%. Persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,7% adalah 83,33%. Persentase hemolisis pada kepekatan larutan NaCl 0,9% adalah 66,66%. Sedangkan untuk persentase krenasi pada kepekatan larutan NaCl 1,0% adalah 100%. Dan untuk persentase krenasi pada kepekatan larutan NaCl 3,0% adalah 100%.

                                                         LAMPIRAN

A.     DAFTAR PUSTAKA                            
Campbell, Neil A, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi (ed 5 jilid 3 terjemahan). Jakarta: Erlangga

Djukri dan Heru Nurcahyo. 2011. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.

Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Handayani,W. dan Haribowo, A. S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Subowo.1995.Biologi Sel.Bandung : Angkasa

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

B.      Foto

                              
           
Konsentrasi 0,5%
Konsentrasi 0,7%


                               
                                   
Konsentrasi 0,9 %
Konsentrasi 1%

                                                                     
Konsentrasi 3%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar