Minggu, 16 Oktober 2016

Perambatan Bunyi



PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK

BAB I
TUJUAN
A.       Tujuan Kegiatan
-       Memahami perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.
-       Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.

B.        Kompetensi Khusus
-       Mahasiswa dapat menerangkan mekanisme perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.
-       Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.

BAB II
DASAR TEORI
Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara. Gelombang mekanik ini kemudian akan diubah menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui syaraf pendengaran. Jadi, telinga memiliki fungsi mengubah gelombang suara menjadi impuls yang akan diteruskan ke pusat pendengaran di otak.
Telinga dibagi menjadi 3 bagian, antara lain :

a.    Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanal telinga. Fungsi dari daun telinga sebagai pengumpul energi bunyi dan dikonsentrasikan pada membran tympani. Pada manusia, daun telinga dapat menangkap 6-8 dB. Pada kanalis telinga terdapat malam (wax) yang berfunsi sebagai peningkat kepekaan terhadap frekuensi suara 3000-4000 Hz. Membran tympani tebalnya 0,1 mm, luasnya 65 mm2 akan mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga bagian tengah, yaitu tulang telinga (incus, malleus, dan stapes).
b.    Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari 3 buah tulang yaitu incus, malleus, dan stapes. Suara yang masuk, 99,9 % akan mengalami refleksi dan hanya 0,1 % saja yang akan ditransmisikan. Telinga bgian tengah ini memegang peran sebagai proteksi. Hal ini dimungkinkan karena adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian tengah.
c.    Telinga Dalam
Telinga dalam mengandung struktur spiral yang dikenal dengan cochlea dan berisikan cairan. DI cochlea memiliki 3 ruangan yaitu ruangan vestibular, ductus cochlearis, dan tympanil Pada cochlea terdapat 8000 konduktor yang berhubungan dengan otak melalui syaraf pendengaran.
Gelombang bunyi yang masuk melalui oval window menghasilkan gelombang bunyi yang bergerigi mencapai membran basilar pada ductus cochlearis. Gelombang tersebut diubah menjadi gelombang sinyal listrik dan diteruskan ke otak melalui syaraf pendengaran.
Guna mengetahui kehilangan pendengaran atau tuli konduksi atau tuli syaraf, dapat dilakukan dengan tes pendengaran sebagai berikut :


1.    Tes suara berbisik
Telinga dapat mendengar suara berbisik dengan nada rendah, misalnya suara konsonan dan paralel b,p, t, m, n pada jarak 5-10 m. Suara berbisik dengan nada tinggi misalnya suara desis s, z, ch, sh, shel pada jarak  20 m.
2.    Tes Garpu tala
Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah penderita tuli konduksi atau persepsi dengan menggunakan garpu tala. Frekuensi garpu tala yang digunakan C128, C1024, C2048. Ada tiga macam tes yang menggunakan garpu tala, antara lain :
a.    Tes Webber
Garpu tala C128 digetarkan dan kemudian diletakkan pada vertex dahi. Pada penderita tuli konduksi akan terdengan baik pada telinga yang sakit, misalnya telinga kanan yang terdengar baik maka disebut Weber lateralisasi ke kanan.
b.    Tes Rinne
Tes ini membandingkan konduksi melalui tulang tengkorak dan udara, Garpu tala C128 kemudian diletakkan di belakang telinga, setelah tidak mendengar getaran lagi, maka garpu tala dipindahkan di depan lubang telinga.
c.    Tes Schwabach
Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui verteks atau tulang di belakang telinga penderita dnegan konduksi tulang si pemeriksa. Pada penderita tuli konduksi, konduksi tulang penderta lebih panjang daripada si pemeriksa. Pada tuli syaraf konduksi tulang sangat pendek.







BAB III
METODE PRAKTIKUM
Jenis Kegiatan : Observasi
Objek Pengamatan : -
Bahan dan Alat :
Untuk melakukan kegiatan ini, praktikan menggunakan alat berupa
a)   Garpu tala 426 Hz
b)   Arloji/jam tangan
c)    Mistar
d)   Stopwatch
Prosedur Percobaan
a)   Salah satu praktikan 1 menutup telingahn kanan dengan kapas dan kedua mata dipejamkan.
b)   Penguji (praktikan 2) memasang jam tangan di dekat telingan kiri praktikan 1. Perlahan-lahan jam tangan dijauhkan sampai praktikan 1 tidak mendengar lagi suara arloji. Mengukur dan mencatat jarak antara arloji dengan telinga kiri praktikan 1. Kemudian perlahan-lahan arloji di dekatkan lagi sampai praktikan 1 mendengar lagi suaranya. Mengukur dan mencatat jarak antara arloji dengan telinga kiri praktikan 1. Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali.
c)    Melakukan cara yang sama pada pada praktikan yang sama tetapi yang ditutup telinga kanan (telinga kiri disumbat dengan kapas), mencatat hasil yang diperoleh pada lembar kerja.

Pecobaan Rinne
Ketajaman pendengaran dengan garpu tala
a)   Menggetarkan garpu tala dan meletakkan di puncak kepala. Mula-mula praktikan 1 mendengar suara garpu tala tersebut keras dan makin lama suara garpu tala tersebut terdengar semakin lemah dan akhirnya tidak terdengar. Mencatat waktu antara mendengar sampai tidak mendengar suara lagi.
b)   Pada saat praktikan 1 tidak mendengar suara tersebut, dengan segera praktikan 2 memindahkan garpu tala ke dekat atau lubang telinga kanan. Dengan pemindahan letak itu, maka praktikan 1 mendengar suara garputala lagi. Mencatat waktu antara praktikan 1 mendengar sampai tidak mendengar lagi di dekat atau di depan lubang telingan kanan.
c)    Mengulangi percobaan tersebut sampai lima kali dan mencatat hasilnya pada lembar kerja.
d)   Melakukan percobaan tersebut untuk telingan kiri dan juga mengulangi percobaanya sebanyak lima kali. Mencatat frekuensi garpu tala yang dipakai dan hasil percobaan pada lembar kerja.
e)   Membandingkan hasil yang diperoleh antara telingan kanan dan kiri.

Percobaan Weber
a)        Praktikan 2 meletakkan pangkal garpu tala yang sudah pangkal garpu tala yang sudah digetarkan di puncak kepala praktikan 1.
b)        Praktikan 1 menutup salah satu lubang telinga luarnya.
c)         Praktikan 2 menanyakan kepada praktikan 1 pada telinga mana suara garpu tala tersebut terdengar lebih keras. Jika ternyata pada telinga yang ditutup suara garpu tala terdengar lebih keras daripada telinga yangg terbuka maka dikatakan ada lateralisasi.
d)        Melakukan percobaan sejenis pada telinga lainnya.
e)        Membandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga
f)          Mengambil kesimpulan dari hasil percobaan tersebut, apakah seseorang tersebut tuli atau tidak.



Hasil Pengamatan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil perhitungan jarak yang diperlukan untuk mendengarkan dan tidak mendengarkan  suara arloji pada telinga kanan dan kiri.
No.
Kode nama
Telinga kanan (cm)
Telinga kiri (cm)
Tidak terdengar
Terdengar
Tidak terdengar
Terdengar
1.
ST
52
49
39
50
2.
ILY
100,2
94,2
108,4
93
3.
QM
42
48,2
64,4
55,6
4.
ND
35
20
35
42
5.
IIF
58,8
69,8
60,4
53,4
6.
IDT
134,6
135,4
69,6
66,4
7.
DDM
75,6
81,6
55,8
53,0
8.
APK
93
88,2
94,8
86
9.
RZ
106,4
113,6
122,4
131,6
10.
SL
18,6
13,8
15,2
11,6
11.
RL
9,4
5,4
9
4,2
12.
NRW
13,8
12,4
15,8
14,2
13.
MR
8
5
6
3,6
14.
OT
41
31,8
45
35,8
15.
JA
17,4
12,4
19,8
12,4
16.
TU
32,2
16,6
54,8
20,4
17.
DS
67,8
47
66,6
45,2
18.
ELY
26,6
21,4
19,8
33,4
19.
RRS
29,8
45,2
50,0
47,2
20.
SRY
31,8
32,6
33,0
24,4
21.
IKA
24,6
27,2
29,6
29,2
22.
AM
60,8
57,6
99,2
106,6
23.
FK
50,6
37,6
34,2
29,4
24.
RZ
106,4
89
93,6
78,6
25.
RY
38,8
32,6
42,8
37,6
Rata-Rata
51,008
47,504
51,368
46,592




Gambar  1. Diagram batang perbandingan jarak rata-rata antara suara arloji dan telinga kanan ketika tidak terdengar dan ketika terdengar kembali pada telinga kanan



Gambar  2. Diagram batang perbandingan jarak rata-rata antara suara arloji dan telinga kiri ketika tidak terdengar dan ketika terdengar kembali pada telinga kiri


Tabel 2. Data Hasil Tes Rinne pada telinga kanan
No.
Probandus
Garputala 426 Hz (sekon)
Keterangan
Kepala
Telinga
1.
ST
7,48
4,64
Rinne (-)
2.
ILY
6,92
4,76
Rinne (-)
3.
QM
4,76
3,12
Rinne (-)
4.
ND
5
7
Rinne (+)
5.
IIF
4,28
2,32
Rinne (-)
6.
IDT
4
5,2
Rinne (+)
7.
DDM
5,68
8,04
Rinne (+)
8.
APK
6,42
6,68
Rinne (+)
9.
RZ
3
5,2
Rinne (+)
10.
SL
5,78
7,6
Rinne (+)
11.
RL
4,64
6
Rinne (+)
12.
NRW
4,32
6,2
Rinne (+)
13.
MR
4,38
6,28
Rinne (+)
14.
OT
2,89
3,14
Rinne (+)
15.
JA
0,34
0,2
Rinne (-)
16.
TU
0,48
0,12
Rinne (-)
17.
DS
3,5
2,44
Rinne (-)
18.
ELY
5,7
9,4
Rinne (+)
19.
RRS
6,0
5,8
Rinne (-)
20.
SRY
4,6
4,2
Rinne (-)
21.
IKA
6,4
8,6
Rinne (+)
22.
AM
2,1
14,7
Rinne (+)
23.
FK
5,2
7
Rinne (+)
24.
RZ
2,7
9,7
Rinne (+)
25.
RY
3,4
17,7
Rinne (+)

Tabel 3. Data Hasil Tes Rinne pada telinga kiri
No.
Probandus
Garputala 426 Hz (sekon)
Keterangan
Kepala
Telinga

1.
ST
7,52
5,76
Rinne (-)
2.
ILY
6,96
3
Rinne (-)
3.
QM
5,4
4,76
Rinne (-)
4.
ND
5
4
Rinne (-)
5.
IIF
4,88
2,96
Rinne (-)
6.
IDT
4,2
5,8
Rinne (+)
7.
DDM
6,18
11
Rinne (+)
8.
APK
6,16
10,76
Rinne (+)
9.
RZ
4
5,8
Rinne (+)
10.
SL
6
7,58
Rinne (+)
11.
RL
6,02
8,6
Rinne (+)
12.
NRW
4,4
7,2
Rinne (+)
13.
MR
4,16
6,32
Rinne (+)
14.
OT
2,3
2,5
Rinne (+)
15.
JA
0,42
0,28
Rinne (+)
16.
TU
0,54
0,14
Rinne (-)
17.
DS
2,7
3,8
Rinne (+)
18.
ELY
6,2
9,6
Rinne (+)
19.
RRS
5,2
5,6
Rinne (+)
20.
SRY
5,2
5,6
Rinne (+)
21.
IKA
5,8
7,4
Rinne (+)
22.
AM
1,9
13,4
Rinne (+)
23.
FK
5,2
6
Rinne (+)
24.
RZ
2,9
10,9
Rinne (+)
25.
RY
4,0
11,2
Rinne (+)

Tabel 4. Data Hasil Tes Weber
No.
Probandus
Suara garpu tala terdengar lebih keras pada telinga yang ditutup daripada telinga yang terbuka
Keterangan
Ya
Tidak
1
ST
-
Ada lateralisasi
2
ILY
-
Ada lateralisasi
3
QM
-
Ada lateralisasi
4
ND
-
Ada lateralisasi
5
IIF
-
Ada lateralisasi
6
IDT
-
Ada lateralisasi
7
DDM
-
Ada lateralisasi
8
APK
-
Ada lateralisasi
9
RZ
-
Ada lateralisasi
10
SL
-
Ada lateralisasi
11
RL
-
Ada lateralisasi
12
NRW
-
Ada lateralisasi
13
MR
-
Ada lateralisasi
14
OT
-
Ada lateralisasi
15
JA
-
Ada lateralisasi
16
TU
-
Ada lateralisasi
17
DS
-
Ada lateralisasi
18
ELY
-
Ada lateralisasi
19
RRS
-
Ada lateralisasi
20
SRY
-
Ada lateralisasi
21
IKA
-
Ada lateralisasi
22
AM
-
Ada lateralisasi
23
FK
-
Ada lateralisasi
24
RZ
-
Ada lateralisasi
25
RY
-
Ada lateralisasi

PEMBAHASAN
            Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk memahami perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan enggunakan garpu tala. Selain itu, melalui kegiatan ini memiliki tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak. Kegiatan meliputi 2 kegiatan tes, yaitu tes Rinne dan tes Weber. Pada awal kegiatan, dilakukan tes kepekaan telinga kepada beberapa probandus dengan cara memeberikan tes bisik dengan menggunakan suara detak jam tangan atau arloji. Tes bisik dilakukan dengan mencatat jarak ketika suara jam tangan atau arloji terdengar saat dijauhkan secara perlahan dari telinga probandus, dan mencatat jarak ketika suaa jam tangan atau arloji terdengar kembali pada saat jam tangan atau arloji tersebut didekatkan secara perlahan. Pengujian ini dilakukan untuk telinga kanan dan kiri untuk setiap probandus. Jika jarak yang tercatat semakin jauh, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kepekaan telinga semakin baik. Berdasarkan hasil tes bisik ini dapat diketahui tingkat kepekaan paling tinggi dan paling rendah untuk telinga kanan dan kiri. Pada telinga kanan, tingkat kepekaan paling tinggi dan paling rendah secara berturut-turut adalah probandus IDT dan MR. Pada telinga kiri, tingkat kepekaan paling tinggi dan paling rendah adalah RZ dan MR.
 Pada kegiatan tes bisik, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tes kepekaan telinga ini. Beberapa faktor yang mempengaruhi tes kepekaan telinga ini, antara lain kondisi lingkungan yang kurang hening sehingga mampu mempengaruhi suara jam tangan atau arloji yang terdengar, detak dari sumber bunyi yang berbeda, dan human error dari praktikan. Sumber bunyi yang menghasilkan detak yang digunakan terdapat perbedaan, beberapa praktikan menggunakan jam tangan dengan detak yang lemah dan beberapa lagi menggunakan arloji dengan detak yang lebih kuat. Hal ini dianggap mampu mempengaruhi tes kepekaan telinga. Tes kepekaan telinga ini dapat digunakan sebagai indikator adanya gangguan pendengaran dari probandus. Terdapat dua macam gangguan pendengaran yang berkaitan dengan penurunan kualitas pendengaran, yaitu akibat tuli konduksi dan akibat tuli syaraf atau sensoriurneal. Guna mengetahui gangguan pendengaran ini, perlu dilakukan tes lebih lanjut, yaitu tes pendengaran Rinne dan Weber.
Tes Rinne dilakukan dengan cara menggetarkan garpu tala dan kemudian tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Ketika sudah tidak terdnegar, maka garpu tala dipindah ke dekat lubang telinga. Tes Rinne positif jika konduksi tulang sama atau lebih panjang jika dibandingkan dengan konduksi udara. Berdasarkan tes Rinne yang telah dilakukan terhadap 25 probandus, diketahui bahwa sebanyak 9 probandus menunjukkan hasil Rinne (-) dan 16 probandus menunjukkan hasil Rinne (+) pada telinga kanan. Sedangkan pada telinga kiri menunjukkan bahwa sebanyak 6 probandus memperlihatkan hasil Rinne (-) dan sebanyak 19 pobandus memperlihatkan hasil Rinne (+). Pada seseorang yang menunjukkan hasil Rinne (-) ditandai dengan adanya tuli konduksi yaitu jarak waktu konduksi tulang sama atau lebih panjang, sedangkan seseorang yang menunjukkan hasil Rinne (+) artinya pendengaran baik ataupun penderita tuli persepsi (syaraf).
Selain tes Rinne, dilakukan pula tes Webber. Tes webber dilakukan dengancara menggetarkan garpu tala dan meletakkan di garis tengah kepala. Jika suara garpu tala terdengar lebih keras pada telinga yang ditutup daripada telinga yang terbuka, maka seseorang tersebut mengalami lateralisasi. Berdasarkan tes Weber yang telah dilakukanterhadap 25 probandus, diketahui bahwa seluruh probandus mengalami lateralisasi karena seluruh probandus mendengar suara garpu tala yang lebih keras pada telinga yang ditutup jika dibandingkan dengan telinga yang terbuka.
Gangguan pendengaran dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1.    Gangguan pendengaran Sensorineural
Gejala yang ditemui untuk gangguan pendengaran ini, antara lain :
-  Penderita akan lebih sulit mendengar atau memahami suara maupun percakapan dalam keadaan bising dibandingkan dalam keadaan yang sunyi.
-  Jika gangguan pendengaran bilateral dan sudah lama diderita, maka seseorang yang menderita cendderung akan berbicara lebih keras dan terkesan seperti bersitegang dibandingkan dengan orang normal.
-  Penderita memiliki riwayat trauma kepala, akustik, pemakaian obat-obatan ototoksik, maupun penyakit sistemik (Soetirto, 2001)

2.         Gangguan pendengaran Konduksi
Gangguang pendengaran konduksi ini terjadi karena transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga bagian dalam secara efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa gangguan atau lesi pada saluran telinga luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan tuba auditiva.
Gejala yang sering ditemui pada gangguan pendengaran konduktif, antara lain :
-  Penderita merasa terdapat cairan di dalam telinga dan cairan tersebut dirasa bergerak seiring perubahan posisi kepala.
-  Gangguan disertai tinitus.
-  Terdapat riwayat infeksi telinga pada masa sebelumnya.
-  Penderita terkadang mendengar lebih jelas pada situasi yang ramai.
-  Jika kedua telinga mengalami gangguan, penderita biasanya berbicara dengan suara lembut khususnya bagi penderita otosklerosis (Lalwani, 2008)
KESIMPULAN :
Berdasarkan kegiatan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1.        Tes pendengaran Rinne dan Weber digunakan untuk menentukan waktu dan jarak konduksi oleh telinga.
2.        Faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran konduksi (perambatan bunyi) adalah adanya wax atau lilin di dalam telinga bagian tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Djukri dan Heru N. 2015. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: PPs UNY.
Lalwani, A.K., 2008. Disoreders of Smell, Taste and Hearing Dalam: Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th ed. US: Mc Graw Hill: 199-204.

1 komentar:

  1. Harrah's Casino & Hotel Las Vegas, NV - Mapyro
    Harrah's Casino 보령 출장안마 & 피망 포커 Hotel Las Vegas 이천 출장마사지 · The Strip · Experience a 구미 출장샵 full-service spa and salon · View room rates, 진주 출장마사지 amenities: expert Las Vegas research, only at

    BalasHapus